(Ulasan Singkat Pertandingan Wolverhampton vs Manchester United, 2 April 2019)
![]() |
| sumber: https://www.bola.net |
Stadion Molineux malam itu
menjadi saksi penderitaan tim Manchester United. Bagaimana tidak? Bertandang ke
kandang Wolverhampton pada laga lanjutan English Premier League (EPL) dengan
membawa misi khusus untuk membalaskan dendam atas kekalahan Setan Marah dari
Serigala, julukan tim Wolverhampton, benar-benar gagal total. Padahal di laga
sebelumnya, MU mendapatkan suntikan kepercayaan diri atas kemenangan 2-1
menjamu Wolverhampton. Akan tetapi, dua amunisi itu tampak tidak cukup
menghadapi Wolverhampton. Kenapa bisa terjadi? Ada apa dengan MU yang membawa
dua amunisi besarnya?
Babak awal tampaknya dewi fortuna
memihak MU terbukti pada menit ke-13, Scott McTominay berhasil menjebol gawang
yang ditukangi oleh Rui Patrício. Gelandang muda berusia 22 tahun itu kembali
unjuk gigi menampilkan talentanya sehingga mampu mengubah papan skor menjadi
0-1 untuk MU. Sayang, keunggulan MU harus ternoda dengan gol Diogo Jota dua
belas menit berselang. Publik Wolverhampton pun bergemuruh. Papan skor berubah
lagi menjadi 1-1 hingga akhir babak pertama.
Jeda istirahat babak pertama pun
berakhir. Selanjutnya babak kedua dimulai. Setan Merah mencuri start di babak kedua dengan permainan
yang apik. Serangannya berkali-kali mengancam pertahanan Wolverhampton. Pogba
dan kawan-kawan bekerja keras untuk menciptakan gol sebanyak mungkin. Dengan
penguasaan bola sebanyak 70 persen lebih, MU mampu mengurung pertahanan
Wolverhampton. Sialnya, pertahanan Wolverhampton cukup solid membuat bola sulit
menembus area penalti lawan. Bola selalu mental seolah sudah lelah karena terus
membentur badan pemain-pemain Serigala yang tangguh.
Ada satu kesempatan emas untuk
MU. Ketika bola lambungan dioperkan ke area penalti Wolverhampton, tiba-tiba
Mctominay merangsek masuk ke dalam jantung pertahanan lawan dan langsung menyundul bola ke arah gawang. Terjadi
kemelut di area depan gawang Patrício. Bola sempat mengenai dadanya lalu
memantul ke depan. Jika saja ada pemain MU di dekat Patricio, mungkin MU saat
itu juga bisa merayakan selebrasi gol. Nyatanya, bola cepat-cepat dibuang oleh
pemain belakang lawan.
Anti-klimkas terjadi ketika
Ashley Young menjegal pemain Wolverhampton yang sedang membangun serangan
balik. Menerima kartu kuning kedua, Young harus merelakan ban kapten kepada
rekan setimnya sebelum keluar meninggalkan lapangan. Semenjak itu, kesepuluh
pemain MU berjibaku mempertahankan jala gawang agar tidak kebobolan dari
berbagai serangan teroganisasi Wolverhampton. Dan mimpi buruk MU pun datang. Chris
Smalling melakukan kesalahan fatal pada menit ke-77. Akhirnya, gol bunuh diri
pun tercipta. De Gea terpaksa memungut bola dari gawangnya sendiri. Publik
Wolverhampton kembali bersorak. Papan skor kembali berubah menandakan
keunggulan 2-1 bagi sang tuan rumah.
Sebenarnya MU sangat berpeluang
menang cukup banyak dari Woverhampton. Dilihat dari permainan MU yang cukup
ofensif, setidaknya skor 2-1 atau 3-1 akan menjadi milik MU—prediksi dan
harapan awal. Namun, apa daya? Setelah Young keluar, pola permainan MU berubah.
Wolverhampton seperti mendapatkan angin segar. Mereka sangat bersemangat dan
perlahan tapi pasti, mampu membangun serangan yang cukup efektif. Lini belakang
MU pun dibuat kocar-kacir bahkan seorang striker seperti Lingard pun harus
turun jauh ke belakang membantu kesemerawutan lini belakang timnya.
Menyedihkan memang melihat kerangka
lini belakang MU yang tidak kokoh atau mungkin kita harus menyalahkan lini
depan Wolverhampton yang tampil bak serigala berpadukan macan saat membangun
serangan? Entahlah, tapi yang pasti Victor Lindelof dan Chris Smalling tidak
bekerja cukup baik berduel dengan pemain-pemain Wolverhampton. Apakah itu
pengaruh dari keluarnya Young? Tentu saja hal itu sangat berpengaruh. Akan
tetapi, jika dilihat dari permainan Lindelof dan Smalling sebelumnya, mereka
tampak kurang kompak dan kurang solid mengokohkan pertahanan MU.
Lindelof seringkali kecolongan
dan kalah adu cepat ketika ingin merebut bola dengan pemain-pemain lawan. Bahkan
hampir saja Wolverhampton menciptakan gol lagi karena kurang garangnya Lindelof
mengawal bola yang ada di area penalti De Gea. Ada satu momen yang memotret
Lindelof tidak kuat dalam menjaga bola. Saat ia ingin memberikan bola kepada De
Gea, salah satu pemain Wolverhampton begitu berani menyodok bola dari kaki
Lindelof. De Gea yang akan mengambil bola pun menjadi terganggu karena hampir
saja ia berbenturan dengan pemain lawan. Alhasil, bola pun sempat mengenai dada
De Gea yang sudah dalam posisi menyamping ingin menggapai bola, namun bola itu
malah memantul ke arah pemain Wolverhampton. Kembali, area pertahanan MU diuji.
Untung saja, gol tidak tercipta dari kesalahpahaman tersebut.
Adapun Smalling—bek Manchester
United berusia 29 tahun itu—yang katanya ingin dibuat preman oleh Solskjaer, di
pertandingan ini malah bertindak seperti korban yang teraniaya. Smalling
terlihat susah payah mengimbangi pemain-pemain Wolverhampton. Ia dan Lindelof
sama-sama telat menutupi pergerakan lawan. Bahkan sebelum tragedi itu tercipta,
Smalling hampir saja memecahkan rekor dengan gol bunuh dirinya yang lain. Saat
itu, pertahanan MU sedang digencar. Smalling memang bermaksud baik ingin
memblok bola, namun hasil blokan bola itu malah mengarah ke gawang De Gea.
Beruntung, De Gea mampu menepis bola tersebut dan menghadiahkan tendangan sudut
untuk Wolverhampton.
Berbeda dengan Dalot. Sebagai
pemain bek, ia sedikit lebih baik dari Lindelof dan Smalling. Ia selalu
membantu penyerangan MU bahkan ia seringkali mengancam pertahanan Wolverhampton
dengan percobaan tendangannya meskipun belum berhasil. Karena kurang baiknya
komunikasi di lini belakang, lini tengah MU pun semakin pincang apalagi dengan
kondisi gawang De Gea yang selalu terancam membuat Pogba agak tertatih-tatih,
tidak selincah seperti pada era sebelum Young.
Di era setelah Young, terlihat Pogba
dkk frustasi membongkar pertahanan lawan karena blok-blok lawan cukup efektif
untuk memuntahkan serangan MU. Dalam pertandingan ini pula, perjuangan
McTominay perlu diapresiasi. Meskipun masih muda, ia mampu menjadi partner yang
cukup seimbang bagi Pogba hingga ia mampu menciptakan gol dan hampir
menciptakan gol lagi. Sementara itu, Shaw seperti biasa bermain cukup apik,
mampu memulai serangan dari sayap kiri, dan membuat pertahanan Wolverhampton
kelimpungan.
Sayangnya, di akhir cerita
melawan Serigala, Setan Merah harus mengakui kekalahan. Pergantian pemain yang
dilakukan Solskjaer dengan memasukkan Phill Jones dan Anthony Martial tidak
dapat menyelamatkan muka Setan Merah dari momen kehilangan tiga poin. Tampaknya,
Solskjaer beserta asisten-asisten pelatihnya masih harus bekerja keras memutar
otak bagaimana membangun tembok kokoh pertahanan MU. Sebab jika lini belakang
MU masih lemas seperti melawan Wolverhampton, MU bisa berbuat apa melawan tim
tangguh Barcelona di perempat final Liga Champions?

Komentar
Posting Komentar